Kamis, 21 Juni 2012

Intoksikasi Zat Psikoaktif

1. Hal-Hal yang Ditanya Pada Anamnesa

DSM-IV-TR Diagnostik Criteria for Amphetamine Intoxication

A.    1.  Baru menggunakan amfetamin atau zat sejenis (mis. methylphenidate).
B.     2. Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan psikologis (mis. euforia atau afek tumpul,perubahan kemampuan sosial,sensitifitas interpersonal,hiperwaspada, anxietas, ketegangan atau gusar ,perilaku sterotipik, psikomotor,gangguan penilaian atau fungsi sosial  atau pekerjaan) yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian amfetamin dan sejenisnya.
C.     3.  Adanya dua atau lebih tanda-tanda berikut  yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian amfetamin dan sejenisnya:
1.                              Taki- atau bradikardi.
2.                              midriasis.
3.                              tekanan darah meningkat atau turun.
4.                              persipirasi atau menggigil.
5.                              nausea atau vomitus.
6.                              penurunan berat badan.
7.                              agitasi atau retardasi psikomotor.
8.                              kelemahan otot,depresi respirasi,nyeri dada atau aritmia.
9.                              kebingungan,kejang,diskinesia atau koma.
D.      4. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.

2. Pemeriksaan Khusus dan Tambahan
Pemeriksaan Psikiatrik Khusus
                                1.            Penampilan umum :
                                                a.             Kesadaran
                                                b.            Perilaku dan aktivitas psikomotor
                                                c.             Pembicaraan
                                                d.            Sikap
                                2.            Keadaan afektif :
                                                a.             Perasaan dasar
                                                b.            Ekspresi afektif
                                                c.             Empati
                                3.            Fungsi kognitif
                                                a.             Daya ingat
                                                b.            Daya konsentrasi
                                                c.             Orientasi
                                                d.            Kemampuan menolong diri sendiri
Pemeriksaan Penunjang
                                1.            Pemeriksaan laboratorium
                                2.            Pemeriksaan rontgen
                                3.            Pemeriksaan psikologik, laporan social worker
          Satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti keracunan obat ini adalahmelalui analisis laboratorium. Bahan untuk analisis berasal dari darah, cairanlambung, atau urin. Obat golongan amfetamin akan tertahan dalam urin selama 2hari. Pemeriksaan dan penyaringan yang cepat dan sederhana menggunakankromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk mendeteksi 90% keracunanumum. Sekarang terdapat cara-cara pemeriksaan baru dengan teknik yang lebihmaju dan cepat misalnya enzyme multiple immunoassay.
    
          Pada kasus keracunan yang sedang dan berat diperlukan pemeriksaanpenunjang darah lengkap, elektrolit, glukosa darah, uji faal ginjal, CPK, analisisgas darah, urinalisis, EKG, dan foto toraks.

3. DD
Sindrom psikosis dapat terjadi pada :
I. Sindrom psikosis fungsional = Skizoprenia, Psikosis paranoid, psikosis aktif, Psikosis reaktif singkat, dll.
II. Sindrom psikosis organik = Sindrom Delirium, Dementia, Intoksikasi alcohol, dll.

MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktifitas neurotransmitter Dopamine
Yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, Khususnya di sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejalah POSITIF. Sedangkan obat anti-psikosis yang baru (Atipikal) disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptors”, juga terhadap “serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk gejela NEGATIF.
3.1 Intoksikasi Amfetamin
Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang susunan  saraf pusat.
Ada 3 jenis amfetamin, yaitu:
  1. Laevoamfetamin (benzedrin)
  2. Dekstroamfetamin (deksedrin)
  3. Metilamfetamin (metedrin)
Banyak macam derivat amfetamin dibuat dengan sengaja oleh laboratorium dengan tujuan penggunaan rekreasional, misalnya yang banyak disalahgunakan di Indonesia saat ini adalah 3,4 metilen-di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau lebih dikenal sebagai ekstasi, dan met-amfetamin (sabu-sabu). Metilfenidat (Ritalin) jarang disalahgunakan. Dalam bidang Psikiatri, metilfenidat digunakan untuk terapi anak dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif).
Pada umumnya, amfetamin dikonsumsi melalui suntikan intravena atau subkutan, inhalasi uap, snorting, supositoria, atau secara oral.  
Gambaran Klinis
Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amfetamin akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.
Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan tromor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas montorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur.
Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan kekerasan, waham curiga, dan anoneksia yang berat.
lntoksikasi dan Putus Amfetamin
lntoksikasi amfetamin ditandai dengan:
  1. Pamakaian amfetamin yang belum lama terjadi
  2. Takikandia atau bradikardia
  3. Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis
  4. Dilatasi pupil
  5. Peninggian atau penurunan tekanan darah
  6. Berkeringat atau menggigil
  7. Mual atau muntah
  8. Tanda-tanda penurunan berat badan
  9. Agitasi atau retardasi psikomotor
  10. Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
  11. Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma
Gejaia putus amfetamin ditandai dengan:
  1. Penghentian (atau penurunan) amfetamin yang telah lama atau berat
  2. Depresi
  3. Keleiahan
  4. Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan
  5. Insomnia atau hipersomnia
  6. Peningkatan nafsu makan
  7. Retardasi atau agitasi psikomotor
3.2           INTOKSIKASI KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

 Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Efek yang ditimbulkan :
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.


Gejala Intoksikasi Kokain :
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis .
Gejala Putus Zat :
Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. 
Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).
3.2           Intoksikasi Zat Psikotropika
1.      Amphetamine
Efek yang ditimbulkan
Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja dan untuk menginduksi perasaan euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara truk jarak jauh, pekerja yang sering dituntut bekerja mengejar deadline, dan atlet. Amphetamine merupakan zat yang adiktif.
Jenis obat-obatan yang tergolong kelompok amphetamine adalah : dextroamphetamine (Dexedrin), methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin).
Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy, ice, crystal meth, speed, shabu-shabu.
Gejala Intoksikasi
Sindroma intoksikasi amfetamin serupa dengan intoksikasi kokain, yaitu
a.       Takikardi
b.       Dilatasi pupil
c.       Penurunan atau peningkatan tekanan darah
d.       Berkeringat atau mengigil
e.       Mual atau muntah
f.        Penurunan berat badan
g.       Agitasi atau retardasi psikomotor
h.       Kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung
Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma
Gejala Putus Zat
a. Kecemasan
b. Gemetar
c. Mood disforik
d. Letargi
e. Fatigue
f. Mimpi yang menakutkan
g. Nyeri kepala
h. Berkeringat banyak
i. Kram otot dan lambung
j. Rasa lapar yang tidak pernah kenyang
2.      Halusinogen (LSD)
Ketergantungan Zat
Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD berbeda-beda dan karena tidak terdapat euforia seperti yang dibayangkan.
Gejala Intoksikasi
a.       Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb)
b.       Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb )
c.       Dilatasi pupil
d.       Takikardi
e.       Berkeringat
f.        Palpitasi
g.       Pandangan kabur
h.       Tremor
i.         Inkoordinasi
3.      Phenycyclidine (PCP)
Efek yang ditimbulkan
Efek PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid diethylamide (LSD); tetapi karena farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang berbeda. Ketergantungan secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan secara psikologis sering dialami oleh pengguna PCP.

Gejala Klinis
a. Menjadi tidak komunikatif, tampak pelupa dan fantasi yang aktif
b. Tempo yang cepat
c. Euforia
d. Badan yang hangat
e. Rasa geli dan melayang yang penuuh kedamaian
f. Perasaan depersonalisasi
g. Isolasi diri
h. Halusinasi visual dan auditorius
i. Gangguan persepsi tempat dan waktu
j. Perubahan citra tubuh yang mencolok
k. Konfusi dan disorganisasi pikiran
l. Kecemasan
m. Menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan bersikap bermusuhan pada waktu lainnya
n. Hipertensi, nistagmus dan hipertermia
o. Melakukan gerakan kepala memutar, menyeringai, menghentak
p. Kekakuan otot
q. Muntah berulang
r. Bicara dan menyanyi berulang
s. Lekas marah, paranoid
t. Suka berkelahi atau menyerang secara irasional
u. Bunuh diri atau membunuh
v. Delirium
w. Gangguan psikotik
x. Gangguan mood
y. Gangguan kecemasan

4.      Sedatif, Hipnotik, Ansiolitik
Jenis obat-obatan yang tergolong kelompok sedatif-hipnotik atau ansiolitik adalah benzodiazepin, seperti :
- Diazapam (Valium)
- Barbiturat contoh secobarbital (Seconal)
- Qualone (Quaalude)
- Mepobramate (Equanil)
- Dana glutethimide (Doriden)
Obat-obatan ini sebenarnya diresepkan sebagai antipiretik, pelemas otot, anestetik, dan adjuvan anestetik. Semua obat dalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silang dan efeknya adalah adiktif. Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap semua obat-obatan ini, dan semuanya disertai gejala putus obat.




4. Penatalaksanaan
TERAPI TERHADAP KEADAAN INTOKSIKASI (KERACUNAN)

Intoksikasi opioida :
Beri Naloxone HC 1 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula diulang setelah
2-3 menit sampai 2-3 kali

Intoksikasi kanabis (ganja):
Ajak bicara yang menenangkan pasien.
Bila perlu beri : Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam
3x10 mg.

Intoksikasi kokain dan amfetamin
Beri Diazepam 10-30 mg oral atau pareteral,atau Klordiazepoksid 10-
25 mg oral atau Clobazam 3x10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit
sampai 60 menit.
Untuk mengatasi palpitasi beri propanolol 3x10-40 mg oral

Intoksikasi alkohol :
Mandi air dingin bergantian air hangat
Minum kopi kental
Aktivitas fisik (sit-up,push-up)
Bila belum lama diminum bisa disuruh muntahkan

Intoksikasi sedatif-hipnotif (Misal : Valium,pil BK, MG,Lexo,Rohip):
Melonggarkan pakaian
Membersihkan lendir pada saluran napas
Beri oksigen dan infus garam fisiologis
5. Batas Rujukan Dokter Umum
-              Keadaan overdosis perlu pertolongan segera, sebab dapat membahayakan nyawa, oleh karena itu, perlu segera dirujuk ke unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum terdekat. Sebelum dirujuk, dilakukan tindakan pertolongan kedaruratan dan mengusahakan agar pernafasan berjalan dengan lancar.
-              Dapat merujuk kasus yang tak dapat ditangani