1. Hal-Hal yang Ditanya Pada Anamnesa
DSM-IV-TR Diagnostik Criteria for Amphetamine Intoxication
A. 1. Baru menggunakan
amfetamin atau zat sejenis (mis. methylphenidate).
B. 2. Tingkah laku maladaptif yang bermakna
secara klinis atau perubahan psikologis (mis. euforia atau afek
tumpul,perubahan kemampuan sosial,sensitifitas interpersonal,hiperwaspada,
anxietas, ketegangan atau gusar ,perilaku sterotipik, psikomotor,gangguan
penilaian atau fungsi sosial atau pekerjaan) yang terjadi selama atau
segera setelah pemakaian amfetamin dan sejenisnya.
C. 3. Adanya dua atau lebih tanda-tanda berikut yang terjadi selama atau segera setelah
pemakaian amfetamin dan sejenisnya:
1.
Taki- atau bradikardi.
2.
midriasis.
3.
tekanan darah meningkat atau turun.
4.
persipirasi atau menggigil.
5.
nausea atau vomitus.
6.
penurunan berat badan.
7.
agitasi atau retardasi psikomotor.
8.
kelemahan otot,depresi respirasi,nyeri dada atau aritmia.
9.
kebingungan,kejang,diskinesia atau koma.
D. 4. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi
medis umum ataupun gangguan mental lainnya.
2. Pemeriksaan Khusus dan Tambahan
Pemeriksaan Psikiatrik Khusus
1. Penampilan umum :
a. Kesadaran
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
c. Pembicaraan
d. Sikap
2. Keadaan afektif :
a. Perasaan dasar
b. Ekspresi afektif
c. Empati
3. Fungsi kognitif
a. Daya ingat
b. Daya konsentrasi
c. Orientasi
d. Kemampuan menolong diri sendiri
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan rontgen
3. Pemeriksaan psikologik, laporan
social worker
Satu-satunya cara untuk
mendiagnosis pasti keracunan obat ini adalahmelalui analisis laboratorium.
Bahan untuk analisis berasal dari darah, cairanlambung, atau urin. Obat
golongan amfetamin akan tertahan dalam urin selama 2hari. Pemeriksaan dan
penyaringan yang cepat dan sederhana menggunakankromatografi lapisan tipis
dapat digunakan untuk mendeteksi 90% keracunanumum. Sekarang terdapat
cara-cara pemeriksaan baru dengan teknik yang lebihmaju dan cepat misalnya enzyme multiple immunoassay.
Pada kasus keracunan yang sedang dan berat diperlukan pemeriksaanpenunjang
darah lengkap, elektrolit, glukosa darah, uji faal ginjal, CPK, analisisgas
darah, urinalisis, EKG, dan foto toraks.
3. DD
Sindrom psikosis
dapat terjadi pada :
I. Sindrom
psikosis fungsional = Skizoprenia, Psikosis paranoid, psikosis aktif,
Psikosis reaktif singkat, dll.
II. Sindrom psikosis organik = Sindrom Delirium, Dementia, Intoksikasi alcohol, dll. MEKANISME KERJA
Hipotesis :
Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktifitas neurotransmitter Dopamine
Yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)
Mekanisme kerja
obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor
pasca-sinaptik neuron di otak, Khususnya di sistem limbic dan sistem
ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk
gejalah POSITIF. Sedangkan obat anti-psikosis yang baru (Atipikal) disamping
berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptors”, juga terhadap “serotonin 5 HT2
Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk
gejela NEGATIF.
3.1 Intoksikasi Amfetamin
Amfetamin adalah suatu
senyawa sintetik yang tergolong perangsang susunan saraf pusat.
Ada 3 jenis amfetamin, yaitu: |
|
Banyak macam derivat
amfetamin dibuat dengan sengaja oleh laboratorium dengan tujuan penggunaan
rekreasional, misalnya yang banyak disalahgunakan di Indonesia saat ini
adalah 3,4 metilen-di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau lebih dikenal sebagai
ekstasi, dan met-amfetamin (sabu-sabu). Metilfenidat (Ritalin) jarang
disalahgunakan. Dalam bidang Psikiatri, metilfenidat digunakan untuk terapi
anak dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif).
Pada umumnya, amfetamin dikonsumsi melalui suntikan intravena atau subkutan, inhalasi uap, snorting, supositoria, atau secara oral. |
Gambaran Klinis
|
Pengaruh amfetamin
terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah yang digunakan, dan
cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amfetamin akan meningkatkan
tekanan darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan
kewaspadaan, menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu,
menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik,
banyak bicara, dan merasa kuat.
Dosis sedang amfetamin
(20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan tromor ringan, gelisah,
meningkatkan aktivitas montorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan
nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur.
Penggunaan amfetamin
berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat menimbulkan perilaku
stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus tanpa mempunyai
tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan kekerasan, waham curiga, dan
anoneksia yang berat.
|
lntoksikasi dan Putus
Amfetamin
|
lntoksikasi amfetamin ditandai dengan:
|
|
Gejaia putus amfetamin ditandai dengan:
|
3.2
INTOKSIKASI
KOKAIN
Kokain adalah zat
yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat
berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar
ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek
stimulan.
Saat ini Kokain
masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung
dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin
karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk
Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling
murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Efek yang
ditimbulkan :
Kokain digunakan
karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri
dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah
dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.
Gejala Intoksikasi
Kokain :
Pada penggunaan
Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi
iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan
kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia
Hipertensi Midriasis .
Gejala Putus Zat :
Setelah
menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi
pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia,
kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang
dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai
satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.
Gejala putus
Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang
yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya
dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (
Valium ).
3.2
Intoksikasi
Zat Psikotropika
1.
Amphetamine
Efek
yang ditimbulkan
Amphetamine
tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja dan untuk menginduksi perasaan
euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara truk jarak jauh, pekerja yang
sering dituntut bekerja mengejar deadline, dan atlet. Amphetamine merupakan zat
yang adiktif.
Jenis
obat-obatan yang tergolong kelompok amphetamine adalah : dextroamphetamine
(Dexedrin), methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin).
Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy, ice, crystal meth, speed, shabu-shabu.
Gejala
Intoksikasi
Sindroma
intoksikasi amfetamin serupa dengan intoksikasi kokain, yaitu
a. Takikardi
b. Dilatasi
pupil
c. Penurunan
atau peningkatan tekanan darah
d. Berkeringat
atau mengigil
e. Mual
atau muntah
f.
Penurunan berat badan
g. Agitasi
atau retardasi psikomotor
h. Kelemahan
otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung
Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma
Gejala
Putus Zat
a. Kecemasan
b. Gemetar
c. Mood disforik
d. Letargi
e. Fatigue
f. Mimpi yang menakutkan
g. Nyeri kepala
h. Berkeringat banyak
i. Kram otot dan lambung
j. Rasa lapar yang tidak pernah kenyang
2.
Halusinogen
(LSD)
Ketergantungan
Zat
Pemakaian
jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian
adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena pengalaman
menggunakan LSD berbeda-beda dan karena tidak terdapat euforia seperti yang
dibayangkan.
Gejala
Intoksikasi
a. Perilaku
maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb)
b. Perubahan
persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb )
c. Dilatasi
pupil
d. Takikardi
e. Berkeringat
f.
Palpitasi
g. Pandangan
kabur
h. Tremor
i.
Inkoordinasi
3.
Phenycyclidine
(PCP)
Efek
yang ditimbulkan
Efek
PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid diethylamide
(LSD); tetapi karena farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis yang
berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang berbeda. Ketergantungan
secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan secara psikologis sering
dialami oleh pengguna PCP.
Gejala
Klinis
a. Menjadi tidak komunikatif, tampak pelupa dan
fantasi yang aktif
b. Tempo yang cepat
c. Euforia
d. Badan yang hangat
e. Rasa geli dan melayang yang penuuh kedamaian
f. Perasaan depersonalisasi
g. Isolasi diri
h. Halusinasi visual dan auditorius
i. Gangguan persepsi tempat dan waktu
j. Perubahan citra tubuh yang mencolok
k. Konfusi dan disorganisasi pikiran
l. Kecemasan
m. Menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara
pada suatu saat dan bersikap bermusuhan pada waktu lainnya
n. Hipertensi, nistagmus dan hipertermia
o. Melakukan gerakan kepala memutar, menyeringai,
menghentak
p. Kekakuan otot
q. Muntah berulang
r. Bicara dan menyanyi berulang
s. Lekas marah, paranoid
t. Suka berkelahi atau menyerang secara irasional
u. Bunuh diri atau membunuh
v. Delirium
w. Gangguan psikotik
x. Gangguan mood
y. Gangguan kecemasan
4.
Sedatif,
Hipnotik, Ansiolitik
Jenis
obat-obatan yang tergolong kelompok sedatif-hipnotik atau ansiolitik adalah
benzodiazepin, seperti :
- Diazapam (Valium)
- Barbiturat contoh
secobarbital (Seconal)
- Qualone (Quaalude)
- Mepobramate (Equanil)
- Dana glutethimide
(Doriden)
Obat-obatan ini sebenarnya
diresepkan sebagai antipiretik, pelemas otot, anestetik, dan adjuvan anestetik.
Semua obat dalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silang dan
efeknya adalah adiktif. Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap
semua obat-obatan ini, dan semuanya disertai gejala putus obat.
4. Penatalaksanaan
TERAPI TERHADAP KEADAAN INTOKSIKASI (KERACUNAN)
Intoksikasi opioida : Beri Naloxone HC 1 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula diulang setelah 2-3 menit sampai 2-3 kali Intoksikasi kanabis (ganja): Ajak bicara yang menenangkan pasien. Bila perlu beri : Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam 3x10 mg. Intoksikasi kokain dan amfetamin Beri Diazepam 10-30 mg oral atau pareteral,atau Klordiazepoksid 10- 25 mg oral atau Clobazam 3x10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit sampai 60 menit. Untuk mengatasi palpitasi beri propanolol 3x10-40 mg oral Intoksikasi alkohol : Mandi air dingin bergantian air hangat Minum kopi kental Aktivitas fisik (sit-up,push-up) Bila belum lama diminum bisa disuruh muntahkan Intoksikasi sedatif-hipnotif (Misal : Valium,pil BK, MG,Lexo,Rohip): Melonggarkan pakaian Membersihkan lendir pada saluran napas Beri oksigen dan infus garam fisiologis
5. Batas Rujukan Dokter Umum
- Keadaan overdosis perlu pertolongan segera, sebab dapat
membahayakan nyawa, oleh karena itu, perlu segera dirujuk ke unit Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum terdekat. Sebelum dirujuk, dilakukan tindakan pertolongan
kedaruratan dan mengusahakan agar pernafasan berjalan dengan lancar.
- Dapat merujuk kasus yang tak dapat ditangani
|
Kamis, 21 Juni 2012
Intoksikasi Zat Psikoaktif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar